BAB I
PENDAHULUAN
Ibadah diwajibkan bukan karena mengharapkan
surga ataupun karena agar terhindar dari neraka akan tetapi lebih kepada sikap kehambaan
kita (yaitu karena kita seorang hamba), walaupun seumpamanya ada sebuah
ketentuan dalam agama yaitu tidak ada konsep pahala ataupun siksa, lalu
kemudian kita diperintah oleh Allah untuk beribadah, maka kita tetap harus
patuh dan tunduk serta melaksanakan apa yang menjadi ketentuan-Nya atas dasar kemurnian dalam beribadah.
Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu
berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan
ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada
perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang
diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap
surga atau menghindar dari neraka.
BAB II
PEMBAHASAN
POSISI NIAT DALAM
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ
دِينُ الْقَيِّمَة
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.
Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 5
Ibadah diwajibkan bukan karena mengharapkan
surga ataupun karena agar terhindar dari neraka akan tetapi lebih kepada sikap
kehambaan kita (yaitu karena kita seorang hamba dan Dia (Allah) adalah ربّ tuhan), walaupun seumpamanya ada sebuah
ketentuan dalam agama yaitu tidak ada konsep pahala ataupun siksa, lalu
kemudian kita diperintah oleh Allah untuk beribadah, maka kita tetap harus
patuh dan tunduk serta melaksanakan apa yang menjadi ketentua-Nya atas dasar
kemurnian dalam beribadah.
Dalam tafsir Al-Kabiir dijelaskan bahwa
Ibadah adalah sikap merendahkan dan menghinakan diri dihadapan Allah SWT,
sedangkan orang yang beranggapan bahwa sikap merendahkan dan menghinakan diri
itu adalah bentuk dari ketaatan adalah salah, karena ada sekelompok orang yang
menyembah malaikat, Isa Al-Masih dan berhala-berhala. Sedangkan kita tidak
boleh mengikuti jalan tersebut, hanya saja dalam syariat hal tersebut menjadi
suatu nama setiap ketaatan kepada Allah dengan jalan menghinakan diri dan
memuliakan-Nya dengan segala kemuliaan.
Asy-Syaikh Fakhruddin Muhammad mengatakan
bahwa, dalam melaksanakan ibadan harus ada dua unsur, yaitu :
1. Memuliakan dengan segala kemuliaan (غاية التّعظيم
), dan bahwa sholatnya anak kecil itu tidak dapat disebut dengan ibadah, karena
anak kecil tidak mengetahui keagungan Allah bagaimana ia dapat mengagungkan
Allah?
2. Adanya perintah untuk beribadah( أن يكون مأمورا به), adapun ibadah dari
seorang yahudi bukan dinamakan ibadah, walaupun ia mengagungkan Allah. Karena
ia menyekutukan Allah, maka mereka tidak diperintah untuk beribadah.
مخلصين (sikap ikhlas) harus dimulai dari permulaan sampai akhir dari pekerjaan. Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap surga atau menghindar dari neraka. Walaupun hal tersebut pasti adanya, tetapi kita mencoba untuk berbuat yang terbaik dan ikhlas karena Allah.
Kecenderungan manusia ketika beribadah ialah mengorientasikannya untuk berlomba-lomba mencari fahala dan menjauhkan diri dari siksa, lalu timbul pertanyaan apakah pekerjaan itu juga dapat dikategorikan ikhlas?
مخلصين (sikap ikhlas) harus dimulai dari permulaan sampai akhir dari pekerjaan. Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap surga atau menghindar dari neraka. Walaupun hal tersebut pasti adanya, tetapi kita mencoba untuk berbuat yang terbaik dan ikhlas karena Allah.
Kecenderungan manusia ketika beribadah ialah mengorientasikannya untuk berlomba-lomba mencari fahala dan menjauhkan diri dari siksa, lalu timbul pertanyaan apakah pekerjaan itu juga dapat dikategorikan ikhlas?
Menilai dari kecenderungan manusia yang
seperti itu ada tiga poin yang perlu dicermati :
1. Terdapat sekelompok Manusia yang dalam keadaan terdesak, susah atau terancam pada sesuatu yang berbahaya, maka dapat dipastikan bahwa mereka saat itu (baik dia yakin maupun tidak), dia akan percaya dan kembali kepada Tuhanya dalam bentuk ibadah. Kemudian apabila Allah menganugrahkan kepadanya suatu nikmat, ia akan lupa denagan apa yang telah ia mohon sebelumya. Orang seperti ini biasanya dapat bersikap ikhlas dan kadang pada suatu saat mengharapkan pahala atau menghindar dari siksa, yaitu ditunjukkan ketika ia berdo'a, yaitu mereka mengharapkan sesuatu dari ibadahnya.
2. Golongan yang benar-benar dapar beramal dengan ikhlas, golongan ini masuk dalam kategori golongan Khosh dan ditempati oleh para Nabi dan Rasul Allah.
1. Terdapat sekelompok Manusia yang dalam keadaan terdesak, susah atau terancam pada sesuatu yang berbahaya, maka dapat dipastikan bahwa mereka saat itu (baik dia yakin maupun tidak), dia akan percaya dan kembali kepada Tuhanya dalam bentuk ibadah. Kemudian apabila Allah menganugrahkan kepadanya suatu nikmat, ia akan lupa denagan apa yang telah ia mohon sebelumya. Orang seperti ini biasanya dapat bersikap ikhlas dan kadang pada suatu saat mengharapkan pahala atau menghindar dari siksa, yaitu ditunjukkan ketika ia berdo'a, yaitu mereka mengharapkan sesuatu dari ibadahnya.
2. Golongan yang benar-benar dapar beramal dengan ikhlas, golongan ini masuk dalam kategori golongan Khosh dan ditempati oleh para Nabi dan Rasul Allah.
3. Golongan yang tidak dapat terlepas dari
sikap ingin mendapatkan pahala dan menghindar dari siksa, dan ini juga dapat
digolongkan dalam kategori perbuatan yang iklas karena memang Allah sudah
menjanjikan semua itu selama ia tidak riya', sombong, syirik dan sebagainya.
a.
Mengharap Ridlo Allah
1.
QS. Al-Qashash : 77
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
77.
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Tafsir QS. Al-Qashash : 77
Hidup duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan.
Dunia adalah tempat menanam dan akhirat adalah tempat menuai. Segala sesuatu
yang kita tanam selama di dunia, akan kita peroleh buahnya di akheratb kelak.
Islam pada hakikatnya tidak mengenal amal dunia dan akhirat.
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengarahkan
pandangan kepada akherat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana
mencapai tujuan.
Perilaku orang yang mengamalkan
QS. Al-qashas : 77 :
1. Giat dalam bekerja dan
mencari rezeki.
2. Selalu melakukan pekerjaan
dengan niat yang tulus untuk mendapatkan ridha Allah.
3. Yakin dalam hatinya, bahwa
kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas akan berbuah manis.
4. Menjadikan pekerjaan
duniawi sebagai sarana untuk mencapai tujuan ukhrawi.
Penerapan prilaku sesuai
QS. Al-qashas : 77 :
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang mengamalkan
ayat ini akan senantiasa ikhlas dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
kepala keluarga. misalnya dalam mencari nafkah, ia tidak akan terbebani dengan
pekerjaan yang dilakukannya, karena dalam hatinya ia selalu berharap
mendapatkan ridho Allah SWT, dan tidak memikirkan pandangan manusia.
Munasabah ayat
Setelah Allah menghinakan orang-orang musyrik, Allah
menyebutkan kisah Qarun untuk menjelaskan akibat orang-orang kafir dan kejam di
dunia dan akhirat. Allah telah membinasakan Qarun dengan ditenggelamkan ke
dalam bumi, dan di akhirat ia termasuk penghuni neraka seperti orang-orang
musyrik. Ayat di atas adalah berisikan beberapa nasihat yang ditujukan kepada
Qarun oleh kaumnya.
2.
QS. An-Nisa’
: 134
`¨B tb%x. ßÌã z>#uqrO $u÷R9$# yZÏèsù «!$# Ü>#uqrO $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $JèÏJy #ZÅÁt/ ÇÊÌÍÈ
134.
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di
sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
melihat.
Tafsir QS. An-Nisa :
134
Ini menandakan betapa sedikitnya masa manusia
berada di dunia berbanding alam akhirat. Oleh itu jangan hanya mengejar
kemewahan hidup di dunia sahaja dengan mengabaikan tuntutan kebahagiaan
di akhirat.
Pada ayat 134 Allah menerangkan bahwa apabila seorang
manusia hanya mengharapkan balasan di dunia karena amalnya, maka ia termasuk
golongan orang yang merugi. Ayat tersebut dikemukakan oleh Allah agar manusia
tidak hanya berniat untuk dunia dalam beramal dan selalu melakukan refleksi
atas perbuatannya
b. Niat Karena Dunia
QS. As-Syuro : 20
`tB c%x. ßÌã y^öym ÍotÅzFy$# ÷ÌtR ¼çms9 Îû ¾ÏmÏOöym ( `tBur c%x. ßÌã y^öym $u÷R9$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB $tBur ¼çms9 Îû ÍotÅzFy$# `ÏB A=ÅÁ¯R ÇËÉÈ
20. barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan
Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan
di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat.
Tafsir QS. Asy-Syuro : 20
Sebagaimana diungkapkan Al Qusyairi, ayat ini
adalah sebuah peringatan bagi setiap manusia agar tidak terbujuk oleh kehidupan
dunia seperti yang telah terjadi pada orang orang kafir.
Imam Qatadah , pada hakekatnya Allah akan
tetap selalu memberikan apapun yang manusia inginkan dari kepentingan dunia
selama orientasi hidupnya tetap dalam bingkai kepentingan akhirat. Dan
sebaliknya, manusia hanya akan mendapatkan jatah duniawi belaka tatkala
orientasi hidupnya hanyalah untuk urusan dunia. Allah telah berjanji, selama
seorang hamba masih teguh memperjuangkan amal-amal akhirat, Dia akan selalu
menambahkan pahala demi pahala, sekaligus menjamin porsi rizki yang tertulis
untuknya. Sedangkan bagi mereka yang melalaikan akhirat, sibuk memakmurkan
dunia, maka hanya penantian siksa yang akan menjadi jatahnya kelak dan ia pun
tidak kuasa mendapatkan lebih kecuali atas porsi rizki dunianya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu
berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan
ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada
perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang
diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap
surga atau menghindar dari neraka.
Kita
harus yakin , bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas akan berbuah manis
dan juga agar bias menjadikan pekerjaan duniawi sebagai sarana untuk mencapai
tujuan ukhrawi.
apabila seorang manusia
hanya mengharapkan balasan di dunia karena amalnya, maka ia termasuk golongan
orang yang merugi. Allah sudah memperingatkan agar kita tidak terbujuk oleh kehidupan dunia seperti
yang telah terjadi pada orang orang kafir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar