Selasa, 28 April 2015

Posisi Niat dalam Pengembangan Teknologi



BAB I
PENDAHULUAN

Ibadah diwajibkan bukan karena mengharapkan surga ataupun karena agar terhindar dari neraka akan tetapi lebih kepada sikap kehambaan kita (yaitu karena kita seorang hamba), walaupun seumpamanya ada sebuah ketentuan dalam agama yaitu tidak ada konsep pahala ataupun siksa, lalu kemudian kita diperintah oleh Allah untuk beribadah, maka kita tetap harus patuh dan tunduk serta melaksanakan apa yang menjadi ketentuan-Nya atas dasar kemurnian dalam beribadah.
Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap surga atau menghindar dari neraka.
















BAB II
PEMBAHASAN

POSISI NIAT DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَة

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 5
Ibadah diwajibkan bukan karena mengharapkan surga ataupun karena agar terhindar dari neraka akan tetapi lebih kepada sikap kehambaan kita (yaitu karena kita seorang hamba dan Dia (Allah) adalah ربّ tuhan), walaupun seumpamanya ada sebuah ketentuan dalam agama yaitu tidak ada konsep pahala ataupun siksa, lalu kemudian kita diperintah oleh Allah untuk beribadah, maka kita tetap harus patuh dan tunduk serta melaksanakan apa yang menjadi ketentua-Nya atas dasar kemurnian dalam beribadah.
Dalam tafsir Al-Kabiir dijelaskan bahwa Ibadah adalah sikap merendahkan dan menghinakan diri dihadapan Allah SWT, sedangkan orang yang beranggapan bahwa sikap merendahkan dan menghinakan diri itu adalah bentuk dari ketaatan adalah salah, karena ada sekelompok orang yang menyembah malaikat, Isa Al-Masih dan berhala-berhala. Sedangkan kita tidak boleh mengikuti jalan tersebut, hanya saja dalam syariat hal tersebut menjadi suatu nama setiap ketaatan kepada Allah dengan jalan menghinakan diri dan memuliakan-Nya dengan segala kemuliaan.
Asy-Syaikh Fakhruddin Muhammad mengatakan bahwa, dalam melaksanakan ibadan harus ada dua unsur, yaitu :
1.      Memuliakan dengan segala kemuliaan (غاية التّعظيم ), dan bahwa sholatnya anak kecil itu tidak dapat disebut dengan ibadah, karena anak kecil tidak mengetahui keagungan Allah bagaimana ia dapat mengagungkan Allah?
2. Adanya perintah untuk beribadah( أن يكون مأمورا به), adapun ibadah dari seorang yahudi bukan dinamakan ibadah, walaupun ia mengagungkan Allah. Karena ia menyekutukan Allah, maka mereka tidak diperintah untuk beribadah.
مخلصين (sikap ikhlas) harus dimulai dari permulaan sampai akhir dari pekerjaan. Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap surga atau menghindar dari neraka. Walaupun hal tersebut pasti adanya, tetapi kita mencoba untuk berbuat yang terbaik dan ikhlas karena Allah.
Kecenderungan manusia ketika beribadah ialah mengorientasikannya untuk berlomba-lomba mencari fahala dan menjauhkan diri dari siksa, lalu timbul pertanyaan apakah pekerjaan itu juga dapat dikategorikan ikhlas?
Menilai dari kecenderungan manusia yang seperti itu ada tiga poin yang perlu dicermati :
1. Terdapat sekelompok Manusia yang dalam keadaan terdesak, susah atau terancam pada sesuatu yang berbahaya, maka dapat dipastikan bahwa mereka saat itu (baik dia yakin maupun tidak), dia akan percaya dan kembali kepada Tuhanya dalam bentuk ibadah. Kemudian apabila Allah menganugrahkan kepadanya suatu nikmat, ia akan lupa denagan apa yang telah ia mohon sebelumya. Orang seperti ini biasanya dapat bersikap ikhlas dan kadang pada suatu saat mengharapkan pahala atau menghindar dari siksa, yaitu ditunjukkan ketika ia berdo'a, yaitu mereka mengharapkan sesuatu dari ibadahnya.
2. Golongan yang benar-benar dapar beramal dengan ikhlas, golongan ini masuk dalam kategori golongan Khosh dan ditempati oleh para Nabi dan Rasul Allah.
3. Golongan yang tidak dapat terlepas dari sikap ingin mendapatkan pahala dan menghindar dari siksa, dan ini juga dapat digolongkan dalam kategori perbuatan yang iklas karena memang Allah sudah menjanjikan semua itu selama ia tidak riya', sombong, syirik dan sebagainya.


a.      Mengharap Ridlo Allah


1.      QS. Al-Qashash : 77

Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ                                    
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.



Tafsir QS. Al-Qashash : 77

Hidup duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan. Dunia adalah tempat menanam dan akhirat adalah tempat menuai. Segala sesuatu yang kita tanam selama di dunia, akan kita peroleh buahnya di akheratb kelak. Islam pada hakikatnya tidak mengenal amal dunia dan akhirat.
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada akherat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan.

Perilaku orang yang mengamalkan QS. Al-qashas : 77 :
1.       Giat dalam bekerja dan mencari rezeki.
2.       Selalu melakukan pekerjaan dengan niat yang tulus untuk mendapatkan ridha Allah.
3.       Yakin dalam hatinya, bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas akan berbuah manis.
4.       Menjadikan pekerjaan duniawi sebagai sarana untuk mencapai tujuan ukhrawi.

Penerapan prilaku sesuai QS. Al-qashas : 77 :
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang mengamalkan ayat ini akan senantiasa ikhlas dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. misalnya dalam mencari nafkah, ia tidak akan terbebani dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena dalam hatinya ia selalu berharap mendapatkan ridho Allah SWT, dan tidak memikirkan pandangan manusia.

Munasabah ayat
Setelah Allah menghinakan orang-orang musyrik, Allah menyebutkan kisah Qarun untuk menjelaskan akibat orang-orang kafir dan kejam di dunia dan akhirat. Allah telah membinasakan Qarun dengan ditenggelamkan ke dalam bumi, dan di akhirat ia termasuk penghuni neraka seperti orang-orang musyrik. Ayat di atas adalah berisikan beberapa nasihat yang ditujukan kepada Qarun oleh kaumnya.


2.       QS. An-Nisa’  : 134

`¨B tb%x. ߃̍ムz>#uqrO $u÷R9$# yZÏèsù «!$# Ü>#uqrO $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $JèÏJy #ZŽÅÁt/ ÇÊÌÍÈ  
134. Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.


Tafsir QS. An-Nisa : 134
Ini menandakan betapa sedikitnya masa manusia berada di dunia berbanding alam akhirat. Oleh itu jangan hanya mengejar  kemewahan hidup di dunia sahaja dengan mengabaikan tuntutan kebahagiaan di akhirat.
Pada ayat 134 Allah menerangkan bahwa apabila seorang manusia hanya mengharapkan balasan di dunia karena amalnya, maka ia termasuk golongan orang yang merugi. Ayat tersebut dikemukakan oleh Allah agar manusia tidak hanya berniat untuk dunia dalam beramal dan selalu melakukan refleksi atas perbuatannya


b.      Niat Karena Dunia

QS. As-Syuro : 20
`tB šc%x. ߃̍ムy^öym ÍotÅzFy$# ÷ŠÌtR ¼çms9 Îû ¾ÏmÏOöym ( `tBur šc%x. ߃̍ムy^öym $u÷R9$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB $tBur ¼çms9 Îû ÍotÅzFy$# `ÏB A=ŠÅÁ¯R ÇËÉÈ  
20. barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.

Tafsir QS. Asy-Syuro : 20
Sebagaimana diungkapkan Al Qusyairi, ayat ini adalah sebuah peringatan bagi setiap manusia agar tidak terbujuk oleh kehidupan dunia seperti yang telah terjadi pada orang orang kafir.
Imam Qatadah , pada hakekatnya Allah akan tetap selalu memberikan apapun yang manusia inginkan dari kepentingan dunia selama orientasi hidupnya tetap dalam bingkai kepentingan akhirat. Dan sebaliknya, manusia hanya akan mendapatkan jatah duniawi belaka tatkala orientasi hidupnya hanyalah untuk urusan dunia. Allah telah berjanji, selama seorang hamba masih teguh memperjuangkan amal-amal akhirat, Dia akan selalu menambahkan pahala demi pahala, sekaligus menjamin porsi rizki yang tertulis untuknya. Sedangkan bagi mereka yang melalaikan akhirat, sibuk memakmurkan dunia, maka hanya penantian siksa yang akan menjadi jatahnya kelak dan ia pun tidak kuasa mendapatkan lebih kecuali atas porsi rizki dunianya.





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Orang yang ikhlas ialah orang yang selalu berbuat baik atas dasar kebaikan, menjalankan kewajiban kerena kewajibanya, dan ia akan selalu melaksanakanya secara tulus karena Allah semata, tidak ada perasaan riya' sombong atau yang lainya, akan tetapi ia mempunyai prinsip yang diyakini kebenaranya bahwa amal ini aku kerjakan tidak karena aku mengharap surga atau menghindar dari neraka. 
Kita harus yakin , bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas akan berbuah manis dan juga agar bias menjadikan pekerjaan duniawi sebagai sarana untuk mencapai tujuan ukhrawi.

apabila seorang manusia hanya mengharapkan balasan di dunia karena amalnya, maka ia termasuk golongan orang yang merugi. Allah sudah memperingatkan agar kita tidak terbujuk oleh kehidupan dunia seperti yang telah terjadi pada orang orang kafir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar